Senin, 23 Januari 2012

PANTASKAH SEORANG GURU INGKAR KEPADA MURIDNYA?

Wahai diriku, hari ini saya sangat kecewa bukan pada orangnya, tetapi atas tindakan yang dilakukannya.... Dia adalah Guruku sendiri...

Sehabis shalat Maghrib, tiba-tiba ia masuk ke kamar saya...

Memanggil saya ketika saya sedang membaca Al-Quran...

Saya dah menduga bahwa ia kesini pasti mau menasehati saya...

Akan tetapi apa kesalahan saya???

Sepertinya karena tindakan saya yang kurang disukainya...

Hmmm, ternyata benar... Inilah percakapan saya dengan nya:

Guruku : Naufal...

Saya : Iya, Pak... Ada apa?

Guruku : Ada dua hal yang ingin saya sampaikan:

Pertama (1), Jemuran jangan dijemur di depan kamar lagi karena udah dibuatkan tempatnya di belakang kamar.

Kedua (2), Ba’da Isya seperti biasa ada pengajian, jadi kamu mesti datang dan jangan kemana-mana.

Saya: Iya Pak... haturnuhun


Hmmm....

Hal pertama (1) memang saya yang salah karena gak angkat2 jemuran yang sudah dijemur 3 hari yang lalu. Kenapa saya jemur di depan kamar karena pada waktu itu tempat jemuran di belakang kamar belum jadi dan pakaian saya mesti langsung dijemur karena basah berkeringat dan berharap cepat kering jika dijemur di depan kamar.

Kemudian, untuk hal yang kedua (2) siap-lah saya akan mengikuti pengajian karena itu kewajiban saya sebagai murid dan saya akan penuhi permintaan guru, tetapi apa yang terjadi? Realita bertolak belakang....

Padahal saya sudah persiapkan alat tulis dan niat untuk mengaji bareng guru, tapi kenyataannya??? Nggak jadi ngaji... Why? Kenapa? Saya kurang tau...

Guruku malah pergi meninggalkan sekolah dan asyik berbincang dengan guru-guru yang lain...

Haaaah, terus pengajiannya???

Tanpa ada pemberitahuan bahwa ngaji tidak jadi, benar-benar membuat hati saya terluka dan kecewa terhadap guru saya sendiri...

Apakah pantas seorang guru ingkar terhadap ucapannya sendiri???

Namun, sekali lagi saya agak kecewa atas tindakannya akhir-akhir ini...

tidak hanya kejadian ini, ada banyak hal yang membuat saya belum menerima sikap dan tindakannya...

Namun, saya selalu berusaha agar sebisa mungkin berhusnuzon dan menjauhkan pikiran negatif tentang dirinya karena ia adalah guruku sendiri.. berusaha menutup aibnya, walau diri ini lemah dan belum bisa sepenuhnya berhusnuzon ketika kekecewaan telah menyelimuti diri.

Ya Alloh saya harap kekecewaan saya dibalas dengan kelapangan dada....

Melupakan tindakannya yang telah melukai hati saya dan berharap ia berubah menjadi sosok yang berkepribadian luhur, menjaga akhlaqnya dan tidak ingkar lagi, sehingga saya dapat menerimanya dengan sepenuh hati dan dapat dengan bangga memiliki guru seperti yang diharapkan saya, yakni meneladani akhlaq Rosululloh SAW.

Guruku... ku nantikan dirimu ku terima dengan sepenuh hati dan diri ini bisa menjadikanmu teladan bagiku karena dirimu yang dapat mengubah diriku baik atau sebaliknya atas kehendak-Nya.


Tulisan ini adalah curhatan teman saya yang sering disapa Naufal menanggapi seorang guru ngajinya yang ingkar dalam lisan.


Hehe, mungkin tulisan ini konyol, panjang lebar dan seharusnya tidak dipublish. Akan tetapi, semoga menjadi bacaan yang bermafaat bagi para pembaca jika ternyata nanti kalian menjadi seorang guru, maka kalian harus bisa menjaga sikap dan lisan karena lisan ibarat pedang yang dapat melukai hati seseorang (murid).

Dan apabila seseorang (murid) itu merasa teraniaya dan berdoa yang buruk untuk gurunya, maka apalah jadinya nanti.

Semoga dapat menjadi bahan bacaan untuk introspeksi diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar